1. Pengertian
Kepribadian
Kepribadian
menunjuk pada pengaturan sikap-sikap seseorang untuk berbuat, berpikir, dan
merasakan, khususnya apabila dia berhubungan dengan orang lain atau menanggapi
suatu keadaan. Kepribadian mencakup kebiasaan, sikap, dan sifat yang dimiliki
seseorang apabila berhubungan dengan orang lain. Konsep kepribadian merupakan
konsep yang sangat luas, sehingga sulit untuk merumuskan satu definisi yang
dapat mencakup keseluruhannya. Oleh karena itu, pengertian dari satu ahli
dengan yang lainnya pun juga berbeda-beda.
Namun demikian, definisi yang berbeda-beda tersebut saling melengkapi dan memperkaya pemahaman kita tentang konsep kepribadian. Apakah kepribadian itu? Secara umum yang dimaksud kepribadian adalah sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang yang membedakan dengan orang lain. Untuk memahami lebih jauh mengenai pengertian kepribadian, berikut ini definisi yang dipaparkan oleh beberapa ahli.
Namun demikian, definisi yang berbeda-beda tersebut saling melengkapi dan memperkaya pemahaman kita tentang konsep kepribadian. Apakah kepribadian itu? Secara umum yang dimaksud kepribadian adalah sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang yang membedakan dengan orang lain. Untuk memahami lebih jauh mengenai pengertian kepribadian, berikut ini definisi yang dipaparkan oleh beberapa ahli.
a.
M.A.W. Brower
Kepribadian adalah corak tingkah
laku sosial yang meliputi corak kekuatan, dorongan, keinginan, opini, dan
sikap-sikap seseorang.
b. Koentjaraningrat
Kepribadian adalah suatu susunan
dari unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan tingkah laku atau tindakan
seseorang.
c. Theodore R. Newcomb
Kepribadian adalah organisasi
sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku.
d. Yinger
Kepribadian adalah keseluruhan
perilaku dari seorang individu dengan sistem kecenderungan tertentu yang
berinteraksi dengan serangkaian situasi.
e. Roucek dan Warren
Kepribadian adalah organisasi
faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosiologis yang mendasari perilaku
seseorang. Dari pengertian yang diungkapkan oleh para ahli di atas, dapat kita
simpulkan secara sederhana bahwa yang dimaksud kepribadian ( personality
) merupakan ciri-ciri dan sifat-sifat khas yang mewakili sikap atau tabiat
seseorang, yang mencakup polapola pemikiran dan perasaan, konsep diri,
perangai, dan mentalitas yang umumnya sejalan dengan kebiasaan umum.
2. Unsur-Unsur dalam
Kepribadian
Kepribadian seseorang bersifat
unik dan tidak ada duanya. Unsur-unsur yang memengaruhi kepribadian seseorang
itu adalah pengetahuan, perasaan, dan dorongan naluri.
a. Pengetahuan
Pengetahuan seseorang bersumber
dari pola pikir yang rasional, yang berisi fantasi, pemahaman, dan pengalaman
mengenai bermacam-macam hal yang diperolehnya dari lingkungan yang ada di
sekitarnya. Semua itu direkam dalam otak dan sedikit demi sedikit diungkapkan
dalam bentuk perilakunya di masyarakat.
b. Perasaan
Perasaan merupakan suatu keadaan
dalam kesadaran manusia yang menghasilkan penilaian positif atau negatif terhadap
sesuatu atau peristiwa tertentu. Perasaan selalu bersifat subjektif, sehingga
penilaian seseorang terhadap suatu hal atau kejadian akan berbeda dengan
penilaian orang lain. Contohnya penilaian terhadap jam pelajaran yang kosong.
Mungkin kamu menganggap sebagai hal yang tidak menyenangkan karena merasa rugi
tidak memperoleh pelajaran. Lain halnya dengan penilaian temanmu yang
menganggap sebagai hal yang menyenangkan. Perasaan mengisi penuh kesadaran
manusia dalam hidupnya.
c. Dorongan Naluri
Dorongan naluri merupakan
kemauan yang sudah menjadi naluri setiap manusia. Hal itu dimaksudkan untuk
memenuhi berbagai kebutuhan hidup manusia, baik yang bersifat rohaniah maupun
jasmaniah. Sedikitnya ada tujuh macam dorongan naluri, yaitu untuk
mempertahankan hidup, seksual, mencari makan, bergaul dan berinteraksi dengan
sesama manusia, meniru tingkah laku sesamanya, berbakti, serta keindahan
bentuk, warna, suara, dan gerak.
3. Faktor-Faktor yang
Membentuk Kepribadian
Secara umum, perkembangan
kepribadian dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu warisan biologis, warisan
lingkungan alam, warisan sosial, pengalaman kelompok manusia, dan pengalaman
unik.
a. Warisan Biologis
(Heredity)
Warisan biologis memengaruhi
kehidupan manusia dan setiap manusia mempunyai warisan biologis yang unik,
berbeda dari orang lain. Artinya tidak ada seorang pun di dunia ini yang
mempunyai karakteristik fisik yang sama persis dengan orang lain, bahkan anak
kembar sekalipun. Faktor keturunan berpengaruh terhadap keramah-tamahan,
perilaku kompulsif (terpaksa dilakukan), dan kemudahan dalam membentuk
kepemimpinan, pengendalian diri, dorongan hati, sikap, dan minat. Warisan
biologis yang terpenting terletak pada perbedaan intelegensi dan kematangan
biologis. Keadaan ini membawa pengaruh pada kepribadian seseorang. Tetapi
banyak ilmuwan berpendapat bahwa perkembangan potensi warisan biologis
dipengaruhi oleh pengalaman sosial seseorang. Bakat memerlukan anjuran,
pengajaran, dan latihan untuk mengembangkan diri melalui kehidupan bersama
dengan manusia lainnya.
b. Warisan Lingkungan
Alam (Natural Environment)
Perbedaan iklim, topografi, dan
sumber daya alam menyebabkan manusia harus menyesuaikan diri terhadap alam.
Melalui penyesuaian diri itu, dengan sendirinya pola perilaku masyarakat dan
kebudayaannyapun dipengaruhi oleh alam. Misalnya orang yang hidup di pinggir
pantai dengan mata pencaharian sebagai nelayan mempunyai kepribadian yang
berbeda dengan orang yang tinggal di daerah pertanian. Mereka memiliki nada
bicara yang lebih keras daripada orang-orang yang tinggal di daerah pertanian,
karena harus menyamai dengan debur suara ombak. Hal itu terbawa dalam kehidupan
sehari-hari dan telah menjadi kepribadiannya.
c. Warisan Sosial
(Social Heritage) atau Kebudayaan
Kita tahu bahwa antara manusia,
alam, dan kebudayaan mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling
memengaruhi. Manusia berusaha untuk mengubah alam agar sesuai dengan
kebudayaannya guna memenuhi kebutuhan hidup. Misalnya manusia membuka hutan
untuk dijadikan lahan pertanian. Sementara itu kebudayaan memberikan andil yang
besar dalam memberikan warna kepribadian anggota masyarakatnya.
d. Pengalaman Kelompok
Manusia (Group Experiences)
Kehidupan manusia dipengaruhi
oleh kelompoknya. Kelompok manusia, sadar atau tidak telah memengaruhi
anggota-anggotanya, dan para anggotanya menyesuaikan diri terhadap kelompoknya.
Setiap kelompok mewariskan pengalaman khas yang tidak diberikan oleh kelompok
lain kepada anggotanya, sehingga timbullah kepribadian khas anggota masyarakat
tersebut.
e. Pengalaman Unik (
Unique Experience )
Setiap orang mempunyai
kepribadian yang berbeda dengan orang lain, walaupun orang itu berasal dari
keluarga yang sama, dibesarkan dalam kebudayaan yang sama, serta mempunyai
lingkungan fisik yang sama pula. Mengapa demikian? Walaupun mereka pernah
mendapatkan pengalaman yang serupa dalam beberapa hal, namun berbeda dalam
beberapa hal lainnya. Mengingat pengalaman setiap orang adalah unik dan tidak
ada pengalaman siapapun yang secara sempurna menyamainya.
Menurut Paul B. Horton,
pengalaman tidaklah sekedar bertambah, akan tetapi menyatu. Pengalaman yang
telah dilewati memberikan warna tersendiri dalam kepribadian dan menyatu dalam
kepribadian itu, setelah itu baru hadir pengalaman berikutnya.
Selain kelima faktor pembentuk
kepribadian yang telah kita bahas di atas, F.G. Robbins dalam
Sumadi Suryabrata (2003), mengemukakan ada lima faktor yang menjadi dasar
kepribadian, yaitu sifat dasar, lingkungan prenatal, perbedaan individual,
lingkungan, dan motivasi.
a. Sifat Dasar
Sifat dasar merupakan
keseluruhan potensi yang dimiliki seseorang yang diwarisi dari ayah dan ibunya.
Dalam hal ini, Robbins lebih menekankan pada sifat biologis yang merupakan
salah satu hal yang diwariskan dari orang tua kepada anaknya.
b. Lingkungan Prenatal
Lingkungan prenatal merupakan
lingkungan dalam kandungan ibu. Pada periode ini individu mendapatkan pengaruh
tidak langsung dari ibu. Maka dari itu, kondisi ibu sangat menentukan kondisi
bayi yang ada dalam kandungannya tersebut, baik secara fisik maupun secara
psikis. Banyak peristiwa yang sudah ada membuktikan bahwa seorang ibu yang pada
waktu mengandung mengalami tekanan psikis yang begitu hebatnya, biasanya pada
saat proses kelahiran bayi ada gangguan atau dapat dikatakan tidak lancar.
c. Perbedaan Individual
Perbedaan individu merupakan
salah satu faktor yang memengaruhi proses sosialisasi sejak lahir. Anak tumbuh
dan berkembang sebagai individu yang unik, berbeda dengan individu lainnya, dan
bersikap selektif terhadap pengaruh dari lingkungan.
d. Lingkungan
Lingkungan meliputi segala
kondisi yang ada di sekeliling individu yang memengaruhi proses sosialisasinya.
Proses sosialisasi individu tersebut akan berpengaruh pada kepribadiannya.
e. Motivasi
Motivasi adalah dorongan-dorongan,
baik yang datang dari dalam maupun luar individu sehingga menggerakkan individu
untuk berbuat atau melakukan sesuatu. Dorongandorongan inilah yang akan
membentuk kepribadian individu sebagai warna dalam kehidupan bermasyarakat.
4. Teori-Teori Perkembangan
Kepribadian
Ada beberapa teori yang membahas
mengenai perkembangan kepribadian dalam proses sosialisasi. Teori-teori
tersebut antara lain Teori Tabula Rasa, Teori Cermin Diri, Teori Diri
Antisosial, Teori Ralph Conton, dan Teori Subkultural Soerjono Soekanto.
a. Teori Tabula Rasa
Pada tahun 1690, John
Locke mengemukakan Teori Tabula Rasa dalam bukunya yang berjudul "
An Essay Concerning Human Understanding." Menurut teori ini, manusia
yang baru lahir seperti batu tulis yang bersih dan akan menjadi seperti apa
kepribadian seseorang ditentukan oleh pengalaman yang didapatkannya. Teori
ini mengandaikan bahwa semua individu pada waktu lahir mempunyai potensi
kepribadian yang sama. Kepribadian seseorang setelah itu semata-mata hasil
pengalaman-pengalaman sesudah lahir (Haviland, 1989:398). Perbedaan pengalaman
yang dialami seseorang itulah yang menyebabkan adanya bermacam-macam
kepribadian dan adanya perbedaan kepribadian antara individu yang satu dengan
individu yang lain.
Teori tersebut tidak dapat diterima
seluruhnya. Kita tahu bahwa setiap orang memiliki kecenderungan khas sebagai
warisan yang dibawanya sejak lahir yang akan memengaruhi kepribadiannya pada
waktu dewasa. Akan tetapi juga harus diingat bahwa warisan genetik hanya
menentukan potensi kepribadian setiap orang. Tumbuh dan berkembangnya potensi
itu tidak seperti garis lurus, namun ada kemungkinan terjadi penyimpangan.
Kepribadian seseorang tidak selalu berkembang sesuai dengan potensi yang
diwarisinya.
Warisan genetik itu memang
memengaruhi kepribadian, tetapi tidak mutlak menentukan sifat kepribadian
seseorang. Pengalaman hidup, khususnya pengalaman-pengalaman yang diperoleh
pada usia dini, sangat menentukan kepribadian individu.
b. Teori Cermin Diri
Teori Cermin Diri (The
Looking Glass Self) ini dikemukakan oleh Charles H. Cooley
. Teori ini merupakan gambaran bahwa seseorang hanya bisa berkembang dengan
bantuan orang lain. Setiap orang menggambarkan diri mereka sendiri dengan cara
bagaimana orang-orang lain memandang mereka. Misalnya ada orang tua dan
keluarga yang mengatakan bahwa anak gadisnya cantik. Jika hal itu sering
diulang secara konsisten oleh orang-orang yang berbedabeda, akhirnya gadis
tersebut akan merasa dan bertindak seperti seorang yang cantik. Teori ini
didasarkan pada analogi dengan cara bercermin dan mengumpamakan gambar yang
tampak pada cermin tersebut sebagai gambaran diri kita yang terlihat orang
lain.
Gambaran diri seseorang tidak
selalu berkaitan dengan faktafakta objektif. Misalnya, seorang gadis yang
sebenarnya cantik, tetapi tidak pernah merasa yakin bahwa dia cantik, karena
mulai dari awal hidupnya selalu diperlakukan orang tuanya sebagai anak yang
tidak menarik. Jadi, melalui tanggapan orang lain, seseorang menentukan apakah
dia cantik atau jelek, hebat atau bodoh, dermawan atau pelit, dan yang lainnya.
Ada tiga langkah dalam proses
pembentukan cermin diri.
1) Imajinasi tentang pandangan
orang lain terhadap diri seseorang, seperti bagaimana pakaian atau tingkah
lakunya di mata orang lain.
2) Imajinasi terhadap penilaian
orang lain tentang apa yang terdapat pada diri masing-masing orang. Misalnya,
pakaian yang dipakai.
3) Perasaan seseorang tentang
penilaian-penilaian itu, seperti bangga, kecewa, gembira, atau rendah diri.
Meskipun demikian, teori ini
memiliki dua kelemahan yang menjadi sorotan banyak pihak. Apa sajakah itu?
Pertama,
pandangan Cooley dinilai lebih cocok untuk memahami kelompok
tertentu saja di dalam masyarakat yang memang berbeda dengan kelompok-kelompok
lainnya. Misalnya anak-anak belasan tahun, memang peka menerima pendapat orang
lain tentang dirinya. Sedangkan orang dewasa tidak mengacuhkan atau
menghiraukan pandangan orang lain, apabila memang tidak cocok dengan dirinya.
Kedua, teori
ini dianggap terlalu sederhana. Cooley tidak menjelaskan
tentang suatu kepribadian dewasa yang bisa menilai tingkah laku orang lain dan
juga dirinya.
c. Teori Diri Antisosial
Teori ini dikemukakan oleh Sigmund
Freud . Dia berpendapat bahwa diri manusia mempunyai tiga bagian,
yaitu id, superego, dan ego.
1) Id adalah pusat
nafsu serta dorongan yang bersifat naluriah, tidak sosial, rakus, dan
antisosial.
2) Ego adalah bagian
yang bersifat sadar dan rasional yang mengatur pengendalian superego
terhadap id. Ego secara kasar dapat disebut sebagai akal pikiran.
3) Superego adalah
kompleks dari cita-cita dan nilai-nilai sosial yang dihayati seseorang serta
membentuk hati nurani atau disebut sebagai kesadaran sosial.
Gagasan pokok teori ini adalah
bahwa masyarakat atau lingkungan sosial selamanya akan mengalami konflik dengan
kedirian dan selamanya menghalangi seseorang untuk mencapai kesenangannya.
Masyarakat selalu menghambat pengungkapan agresi, nafsu seksual, dan
dorongan-dorongan lainnya atau dengan kata lain, id selalu berperang
dengan superego . Id biasanya ditekan tetapi sewaktu-waktu ia
akan lepas menantang superego, sehingga menyebabkan beban rasa
bersalah yang sulit dipikul oleh diri. Kecemasan yang mencekam diri seseorang
itu dapat diukur dengan bertitik tolak pada jauhnya superego berkuasa
terhadap id dan ego . Dengan cara demikian, Freud menekankan
aspek-aspek tekanan jiwa dan frustasi sebagai akibat hidup berkelompok.
d. Teori Ralph dan
Conton
Teori ini mengatakan bahwa
setiap kebudayaan menekankan serangkaian pengaruh umum terhadap individu yang
tumbuh di bawah kebudayaan itu. Pengaruh-pengaruh ini berbeda antara kebudayaan
yang satu dengan kebudayaan yang lain, tetapi semuanya merupakan bagian dari
pengalaman bagi setiap orang yang termasuk dalam masyarakat tertentu (Horton,
1993:97). Setiap masyarakat akan memberikan pengalaman tertentu yang tidak
diberikan oleh masyarakat lain kepada anggotanya. Dari pengalaman sosial itu
timbul pembentukan kepribadian yang khas dari masyarakat tersebut. Selanjutnya
dari pembentukan kepribadian yang khas ini kita mengenal ciri umum masyarakat
tertentu sebagai wujud kepribadian masyarakat tersebut.
e. Teori Subkultural
Soerjono Soekanto
Teori ini mencoba melihat kaitan
antara kebudayaan dan kepribadian dalam ruang lingkup yang lebih sempit, yaitu
kebudayaan khusus (subcultural). Dia menyebutkan ada beberapa tipe
kebudayaan khusus yang memengaruhi kepribadian, yaitu sebagai berikut.
1) Kebudayaan Khusus
Atas Dasar Faktor Kedaerahan
Di sini dijumpai kepribadian
yang berbeda dari individuindividu yang merupakan anggota suatu masyarakat
tertentu, oleh karena masing-masing tinggal di daerahdaerah yang berlainan
dengan kebudayaan khusus yang berbeda pula.
2) Cara Hidup di Kota
dan di Desa yang Berbeda
Ciri khas yang dapat dilihat
pada anggota masyarakat yang hidup di kota besar adalah sikap individualistik.
Sedangkan orang desa lebih menampakkan diri sebagai masyarakat yang mempunyai
sikap gotong royong yang sangat tinggi.
3) Kebudayaan Khusus
Kelas Sosial
Dalam kenyataan di masyarakat,
setiap kelas sosial mengembangkan kebudayaan yang saling berbeda, yang pada
akhirnya menghasilkan kepribadian yang berbeda pula pada masing-masing
anggotanya. Misalnya kebiasaan orang-orang yang berasal dari kelas atas dalam
mengisi waktu liburannya ke luar negeri. Kebiasaan tersebut akan menghasilkan
kepribadian yang berbeda dengan kelas sosial lainnya di masyarakat.
4) Kebudayaan Khusus
Atas Dasar Agama
Agama juga mempunyai pengaruh
yang besar untuk membentuk kepribadian individu. Adanya mazhabmazhab tertentu
dalam suatu agama dapat melahirkan kepribadian yang berbeda-beda di kalangan
anggotaanggota mazhab yang berlainan itu.
5) Kebudayaan Khusus
Atas Dasar Pekerjaan atau Keahlian
Pekerjaan atau keahlian yang
dimiliki seseorang juga mempunyai pengaruh terhadap kepribadiannya. Contohnya kepribadian
seorang guru pasti berbeda dengan militer. Profesi-profesi tersebut mempunyai
cara yang berbeda dalam mendidik anak dan cara bergaul.
5. Tahap-Tahap
Perkembangan Kepribadian
Tahap-tahap perkembangan
kepribadian setiap individu tidak dapat disamakan satu dengan yang lainnya.
Tetapi secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut.
a. Fase Pertama
Fase pertama dimulai sejak anak
berusia satu sampai dua tahun, ketika anak mulai mengenal dirinya sendiri. Pada
fase ini, kita dapat membedakan kepribadian seseorang menjadi dua bagian
penting, yaitu sebagai berikut.
1) Bagian yang pertama berisi
unsur-unsur dasar atas berbagai sikap yang disebut dengan attitudes
yang kurang lebih bersifat permanen dan tidak mudah berubah di kemudian hari.
Unsur-unsur itu adalah struktur dasar kepribadian (basic personality
structure) dan capital personality . Kedua unsur ini merupakan
sifat dasar dari manusia yang telah dimiliki sebagai warisan biologis dari
orang tuanya.
2) Bagian kedua berisi
unsur-unsur yang terdiri atas keyakinan-keyakinan atau anggapan-anggapan yang
lebih fleksibel yang sifatnya mudah berubah atau dapat ditinjau kembali di
kemudian hari.
b. Fase Kedua
Fase ini merupakan fase yang
sangat efektif dalam membentuk dan mengembangkan bakat-bakat yang ada pada diri
seorang anak. Fase ini diawali dari usia dua sampai tiga tahun. Fase ini
merupakan fase perkembangan di mana rasa aku yang telah dimiliki seorang anak
mulai berkembang karakternya sesuai dengan tipe pergaulan yang ada di
lingkungannya, termasuk struktur tata nilai maupun struktur budayanya.
Fase ini berlangsung relatif
panjang hingga anak menjelang masa kedewasaannya sampai kepribadian tersebut
mulai tampak dengan tipe-tipe perilaku yang khas yang tampak dalam hal-hal
berikut ini.
1) Dorongan-Dorongan
(Drives)
Unsur ini merupakan pusat dari
kehendak manusia untuk melakukan suatu aktivitas yang selanjutnya akan
membentuk motif-motif tertentu untuk mewujudkan suatu keinginan. Drivers
ini dibedakan atas kehendak dan nafsu-nafsu. Kehendak merupakan dorongan-dorongan
yang bersifat kultural, artinya sesuai dengan tingkat peradaban dan tingkat
perekonomian seseorang. Sedangkan nafsu-nafsu merupakan kehendak yang terdorong
oleh kebutuhan biologis, misalnya nafsu makan, birahi (seksual), amarah, dan
yang lainnya.
2) Naluri (Instinct)
Naluri merupakan suatu dorongan
yang bersifat kodrati yang melekat dengan hakikat makhluk hidup. Misalnya
seorang ibu mempunyai naluri yang kuat untuk mempunyai anak, mengasuh, dan
membesarkan hingga dewasa. Naluri ini dapat dilakukan pada setiap makhluk hidup
tanpa harus belajar lebih dahulu seolah-olah telah menyatu dengan hakikat
makhluk hidup.
3) Getaran Hati (Emosi)
Emosi atau getaran hati
merupakan sesuatu yang abstrak yang menjadi sumber perasaan manusia. Emosi
dapat menjadi pengukur segala sesuatu yang ada pada jiwa manusia, seperti
senang, sedih, indah, serasi, dan yang lainnya.
4) Perangai
Perangai merupakan perwujudan
dari perpaduan antara hati dan pikiran manusia yang tampak dari raut muka
maupun gerak-gerik seseorang. Perangai ini merupakan salah satu unsur dari
kepribadian yang mulai riil, dapat dilihat, dan diidentifikasi oleh orang lain.
5) Inteligensi (Intelligence
Quetient-IQ)
Inteligensi adalah tingkat
kemampuan berpikir yang dimiliki oleh seseorang. Sesuatu yang termasuk dalam
intelegensi adalah IQ, memori-memori pengetahuan, serta pengalaman-pengalaman
yang telah diperoleh seseorang selama melakukan sosialisasi.
6) Bakat (Talent)
Bakat pada hakikatnya merupakan
sesuatu yang abstrak yang diperoleh seseorang karena warisan biologis yang
diturunkan oleh leluhurnya, seperti bakat seni, olahraga, berdagang,
berpolitik, dan lainnya. Bakat merupakan sesuatu yang sangat mendasar dalam
mengembangkan keterampilan-keterampilan yang ada pada seseorang. Setiap orang
memiliki bakat yang berbeda-beda, walaupun berasal dari ayah dan ibu yang sama.
c. Fase Ketiga
Pada proses perkembangan
kepribadian seseorang, fase ini merupakan fase terakhir yang ditandai dengan
semakin stabilnya perilaku-perilaku yang khas dari orang tersebut.
Pada fase ketiga terjadi
perkembangan yang relatif tetap, yaitu dengan terbentuknya perilaku-perilaku
yang khas sebagai perwujudan kepribadian yang bersifat abstrak. Setelah
kepribadian terbentuk secara permanen, maka dapat diklasifikasikan tiga tipe
kepribadian, yaitu kepribadian normatif, kepribadian otoriter, dan kepribadian
perbatasan.
1) Kepribadian Normatif
( Normative Man )
Kepribadian ini merupakan tipe
kepribadian yang ideal, di mana seseorang mempunyai prinsip-prinsip yang kuat
untuk menerapkan nilai-nilai sentral yang ada dalam dirinya sebagai hasil
sosialisasi pada masa sebelumnya. Seseorang memiliki kepribadian normatif
apabila terjadi proses sosialisasi antara perlakuan terhadap dirinya dan perlakuan
terhadap orang lain sesuai dengan tata nilai yang ada di dalam masyarakat. Tipe
ini ditandai dengan kemampuan menyesuaikan diri yang sangat tinggi dan dapat
menampung banyak aspirasi dari orang lain.
2) Kepribadian Otoriter
( Otoriter Man )
Tipe ini terbentuk melalui
proses sosialisasi individu yang lebih mementingkan kepentingan diri sendiri
daripada kepentingan orang lain. Situasi ini sering terjadi pada anak tunggal,
anak yang sejak kecil mendapat dukungan dan perlindungan yang lebih dari
lingkungan orang-orang di sekitarnya, serta anak yang sejak kecil memimpin
kelompoknya.
3) Kepribadian
Perbatasan
Kepribadian ini merupakan
tipe kepribadian yang relatif labil di mana ciri khas dari prinsip-prinsip dan
perilakunya seringkali mengalami perubahan-perubahan, sehingga seolah-olah
seseorang itu mempunyai lebih dari satu corak kepribadian. Seseorang dikatakan
memiliki kepribadian perbatasan apabila orang ini memiliki dualisme budaya,
misalnya karena proses perkawinan atau karena situasi tertentu hingga mereka
harus mengabdi pada dua struktur budaya masyarakat yang berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar